Pasar perumahan real estat di Indonesia jarang memiliki langkah besar. Indeks harga untuk real estat (16) kota-kota besar naik 1,77% pada 2019 menurut Bank Indonesia setelah kenaikan 2018 2,95%, 3,5% pada 2017, 2,38% pada 2016, 4,62% pada 2015, dan 6,29% pada 2014. Namun, properti harga sebenarnya turun 1,17% tahun lalu, disesuaikan dengan inflasi.
Pada kuartal terakhir harga perumahan naik sedikit 0,3% q-o-Q (0,19% disesuaikan dengan inflasi).
Tujuh belas dari 18 kota besar di Indonesia tetapi ada kenaikan harga rumah nominal pada 2019, ketika inflasi diperhitungkan, hanya kota Medan, yang notabene mencatat kenaikan 4,53% dibandingkan level 2019.
Di Jakarta, harga strata title apartemen meningkat 3% pada tahun 2019 menjadi rata-rata USD 34,8 juta (US $ 2.130) per meter persegi (meter persegi) Menurut Colliers International.
Permintaannya hampir stabil. Penjualan residensial meningkat sedikit menjadi 1,19% pada Q4 2019 dibandingkan dengan tahun lalu, penurunan yang signifikan pada kuartal sebelumnya sebesar 13,95%, menurut Bank Indonesia. Secara triwulanan, penjualan benar-benar naik 16,33% pada Q4 tahun 2019.
Ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,02% pada tahun 2019, sedikit lebih lambat dari pertumbuhan 5,17% pada tahun sebelumnya turun karena investasi dan ekspor, menurut statistik Indonesia. Baru-baru ini menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Bank Indonesia untuk tahun 2020 menjadi 5% – 5,4% 5,1% – 5,5%.
Pada bulan Maret 2020, pemerintah Indonesia meluncurkan paket stimulus darurat kedua senilai US $ 8 miliar, dalam upaya melindungi ekonomi dari dampak buruk wabah korona.
Ini menawarkan berbagai insentif pajak dan non-pajak untuk sektor manufaktur dan usaha kecil dan menengah. Ini mengikuti paket stimulus ekonomi AS pada Februari 2020 mengumumkan hasil $ 725 juta untuk mendukung pariwisata, industri penerbangan dan pasar perumahan. Paket ini mencakup $ 104 juta untuk program perumahan sosial dalam pembiayaan, sarana perlindungan diharapkan untuk 175.000 rumah baru.
Menariknya Penghasilan Sewa di Jakarta
Hasil sewa kotor di Jakarta – pengembalian yang diperoleh dari harga pembelian properti sewaan, sebelum perpajakan, biaya lowongan, dan biaya lainnya – cukup menarik, meskipun jauh lebih rendah daripada 4-5 tahun yang lalu. Hasil sewa kotor merupakan pertimbangan penting bahkan bagi mereka yang tidak berniat menjadi tuan tanah, karena hasil sewa yang tinggi menunjukkan bahwa pasar properti diberi harga yang wajar.
Pasar Properti di Jakarta Sekarang Semakin Mahal
Apartemen kelas atas di Jakarta sekarang dihargai sekitar US $ 2.500 hingga US $ 2.800 per meter persegi (sq. M). Hasil sewa di apartemen ini sekarang sekitar 5,2% hingga 7,7%.
Kerugian membeli di Jakarta, bagi orang asing, adalah legalitas yang kompleks dan biaya transaksi yang tinggi. Namun, perubahan dalam hukum sedang dalam proses yang seharusnya membuat segalanya lebih mudah.
Villa di Bali dengan harga menarik sekitar US $ 2.000 per meter persegi. Di Bali, hasil sewa yang lebih rendah dapat diperoleh, dengan rata-rata sekitar 4,0%. Seperti biasa, harus ditekankan bahwa ada jangkauan yang luas, tergantung pada lokasi.
Biaya transaksi pulang pergi tinggi di Indonesia. Lihat analisis biaya transaksi Properti kami di Indonesia dan biaya transaksi Properti di Indonesia, dibandingkan dengan kawasan Asia lainnya.
Pajak Penghasilan Sewa Tinggi di Indonesia
Pendapatan Sewa: Pendapatan sewa bukan penduduk dikenakan pajak pemotongan sebesar 20%, yang diterapkan pada pendapatan kotor.
Capital Gain: Keuntungan yang diperoleh oleh orang yang bukan penduduk dari penjualan real estate dikenai pajak dengan tarif tetap 5%, yang dikenakan pada nilai transaksi.
Warisan: Tidak ada pajak warisan.
Penduduk: Penduduk dikenakan pajak atas penghasilan mereka di seluruh dunia dengan tarif progresif, dari 5% hingga 30%.